noScript

Gelombang Baru Demam Babi di Indonesia!

Demam babi afrika

Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) menjadi isu kesehatan masyarakat yang mendapatkan perhatian di Indonesia sepanjang tahun 2023. Jumlah kasus ASF yang meningkat secara signifikan telah menggugah kepedulian dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam dari komunitas medis. 

Apa itu Demam Babi Afrika (African Swine Fever)?

ASF adalah penyakit menular yang mempengaruhi babi domestik dan liar. Penyakit ini disebabkan oleh virus ASF, anggota keluarga Asfarviridae. Penyakit ini pertama kali diidentifikasi di Kenya pada tahun 1921 dan sejak itu telah menyebar ke berbagai wilayah dunia. 

Penyakit ini ditandai dengan gejala klinis yang berat, termasuk demam tinggi, kehilangan nafsu makan, dan perdarahan internal dan eksternal. Tingkat kematian hewan yang terinfeksi dapat mencapai 100%, menjadikan ASF sebagai ancaman serius bagi industri peternakan. Pada saat yang sama, harus dicatat bahwa virus ASF tidak berbahaya bagi manusia, meski dapat memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.

Wabah ini sebelumnya telah menjangkiti China selama bertahun-tahun, dengan gelombang awal pada tahun 2018 dan 2019 yang menewaskan jutaan ekor babi dan menyebabkan penurunan produksi daging secara dramatis yang mengguncang pasar global. China menghadapi lonjakan infeksi baru-baru ini tahun ini.

Baca juga: Polusi Udara dan Akibatnya bagi Kesehatan Jantung

Bagaimana dengan kasusnya di Indonesia?

Indonesia telah melaporkan adanya wabah demam babi Afrika di sebuah peternakan di Kepulauan Riau dekat Singapura, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) mengatakan pada hari Selasa. Wabah yang menewaskan 35.297 babi dalam kawanan 285.034 babi di sebuah peternakan yang terletak di Pulau Bulan ini terdeteksi pada tanggal 1 April dan dikonfirmasi pada tanggal 28 April.

Kementerian Pertanian mengonfirmasi, saat ini ASF tak hanya ada di Pulau Bulan, Batam. Saat ini virus itu juga ada di Kalimantan tepatnya di Singkawang, Kalimantan Barat, menurut info Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra (10/5/2023).

Selain Kalimantan, saat ini yang menjadi dampak besarnya di Pulau Bulan, Batam. Pulau Bulan sendiri merupakan pengekspor 15% babi ke Singapura. Untuk di Pulau Bulan sendiri agar virus tersebut tidak menyebar ke wilayah lain, Kementan memberikan obat antibodi pada babi-babi sehat di Batam agar tidak terjangkit demam babi afrika. Karena belum menyebar ke berbagai wilayah, Wisnu menegaskan, virus ini belum dinyatakan sebagai wabah.

Sumber wabah di Indonesia masih belum diketahui, namun otoritas dokter hewan mengatakan kepada WOAH bahwa manusia, kendaraan, pakan, lalat, dan babi hutan mungkin telah memainkan peran penting dalam penyebaran ASF di peternakan.

Baca juga: Dok, Apa Kita Siap jika Ada Pandemi Selanjutnya? Peneliti Ungkap Bagaimana Virus Langya Memasuki Sel Manusia

Apa bedanya dengan flu babi biasa?

Flu babi biasa, atau Influenza A (H1N1), disebabkan oleh virus influenza yang biasanya hanya menginfeksi babi, tetapi juga dapat menyebar ke manusia. Meskipun H1N1 bisa berakibat fatal bagi manusia, hewan yang terinfeksi biasanya hanya mengalami gejala ringan dan tingkat kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan ASF.

Salah satu perbedaan utama antara ASF dan flu babi biasa adalah bagaimana virus tersebut menyebar. ASF biasanya menyebar melalui kontak langsung antara babi yang terinfeksi dan babi yang sehat, paling efektif melalui kontak darah, tidak ada bukti penularan intrauterin. Sementara itu, flu babi biasa biasanya ditularkan melalui udara, dan pelepasan virus dengan semua ekskresi, penularan intrauterin dan kemungkinan infeksi persisten pada janin.

Pada tahap ini, tidak ada vaksin atau pengobatan yang efektif untuk ASF, yang berarti bahwa pencegahan dan kontrol adalah alat terbaik kita dalam melawan penyakit ini. Strategi ini mencakup pengawasan ketat atas pergerakan hewan dan produk hewan, kebersihan dan desinfeksi peternakan, dan pelacakan dan pemusnahan babi yang terinfeksi.

Sementara itu, vaksin dan antiviral telah terbukti efektif dalam mencegah dan mengendalikan flu babi biasa. Oleh karena itu, memahami perbedaan antara dua penyakit ini adalah kunci dalam mengembangkan dan menerapkan strategi yang efektif untuk memerangi ASF di Indonesia.

Kesimpulan

Untuk mengakhiri wabah ASF di Indonesia, perlu ada pendekatan multi-sektoral yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan komunitas medis. Pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini, dan bagaimana hal ini berbeda dengan flu babi biasa, adalah langkah pertama penting dalam melawan penyebaran ASF.

Baca lebih lengkap ulasan tentang Kesehatan Lingkungan: Isu Terbaru 2023.

Temukan pengetahuan lebih lanjut mengenai kesehatan dan diskusikan berbagai masalah medis bersama rekan sejawat se-Asia-Pasifik di Docquity Academy.

Referensi

  1. “Tak Hanya Batam, Ini Daerah di RI yang Terjangkit Flu Babi” diakses di https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6713159/tak-hanya-batam-ini-daerah-di-ri-yang-terjangkit-flu-babi.
  2. “Indonesia confirms outbreak of African swine fever, WOAH says” diakses di https://www.reuters.com/world/asia-pacific/indonesia-confirms-outbreak-african-swine-fever-woah-says-2023-05-09/
  3. “Summary of the most important differences and similarities between African swine fever (ASF) and classical swine fever (CSF)” diakses di https://veterinaryresearch.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13567-017-0490-x/tables/2

Tentang Docquity

Docquity adalah platform aman dan terpercaya, yang menghubungkan 400.000 lebih nakes profesional di Asia secara real-time. Docquity membantu dokter belajar dan berkembang dengan menyediakan aplikasi seluler di mana dokter dapat berbagi wawasan, membahas kasus klinis, mengikuti webinar, mendapatkan kredit CME/CPD, dan lainnya!

Share it with
Email
Facebook
LinkedIn
Twitter
WhatsApp

Similar Articles

Data Privacy Notice

This Privacy Notice shall be read in conjunction with the Privacy Policy to the extent this Notice does not mention or specify the particulars that should have been mentioned or specified relating to the Notice in pursuance of the provisions of the Data Protection Laws as applicable.

On having accessed or visited this Platform you the Noticee hereby voluntarily consent to and take notice of the fact that the personal data, by which or in relation whereto you the concerned Noticee is identifiable, shall be retained, stored, used, and may be processed by the Company for the purpose and in the manner, though legal, found suitable to it for commercial and/or some other reasons. The detailed specificity whereof may be found in the Privacy Policy. The consent provided herein may be withdrawn anytime by you, the Noticee, at its own volition by removing your profile or by writing to us at support@docquity.com.

As a Noticee, you shall have the right to grievance redressal, in relation to your consent or our use of your personal data, which you may address by writing to us at dpo@docquity.com. Should you, the Noticee, thereafter remain unsatisfied or dissatisfied with the resolution provided by us, you, the Noticee, may approach the concerned regulatory authority for the redressal of your grievance.

Thanks for exploring our medical content.

Create your free account or log in to continue reading.

Data Privacy Notice

By using this platform, you consent to our use of your personal data as detailed in our Privacy Policy, and acknowledge that we use cookies to improve your browsing experience