Herpes zoster, dikenal juga sebagai cacar api, merupakan kondisi klinis akibat reaktivasi Varicella-Zoster Virus (VZV), virus neurotropik yang awalnya menyebabkan cacar air (varisela). Artikel ini akan membahas secara komprehensif kenali cacar api mengenai mekanisme reaktivasi VZV, faktor pencetus, mengapa cacar api bisa berulang, dan bagaimana strategi klinis untuk pencegahannya.
Mekanisme Reaktivasi: Dari Varisela ke Cacar Api
Setelah infeksi primer varisela (umumnya di masa kanak-kanak), VZV tidak sepenuhnya dieliminasi dari tubuh. Virus ini memasuki fase laten di dalam ganglia sensorik dorsal (terutama ganglia kranial dan spinal), dalam keadaan inaktif tanpa menimbulkan gejala.
Reaktivasi terjadi ketika terjadi penurunan imunitas seluler terhadap VZV, terutama sel T CD4+ dan CD8+ spesifik terhadap VZV, yang berperan dalam pengendalian virus laten.
Mengapa Cacar Api Bisa Terjadi Lagi?
1. Penurunan Imunitas Seiring Usia (Immunosenescence)
Sel-T memori menurun kuantitas dan kualitasnya seiring pertambahan usia.
Menjelaskan mengapa insidensi herpes zoster meningkat signifikan setelah usia 50 tahun.
2. Imunosupresi
Terapi imunosupresif: kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang, pasca-transplantasi.
Kondisi medis kronik: HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus dekompensata, CKD stadium lanjut.
3. Stres Fisik atau Psikologis Berat
Mekanisme neuro-imunologis dapat memicu disfungsi sel T spesifik terhadap VZV.
4. Infeksi Sekunder atau Ko-infeksi Virus Lain
Beberapa kasus menunjukkan reaktivasi VZV dipicu oleh infeksi seperti COVID-19.
5. Belum Pernah atau Baru Sekali Terpapar Vaksin Herpes Zoster
Paparan varisela atau vaksin zoster dapat memberikan natural boosting terhadap imunitas VZV.
Risiko reaktivasi meningkat bila tidak divaksin atau efek vaksin telah menurun (dalam kasus vaksin live-attenuated).
Rekurensi Cacar Api : Seberapa Sering Bisa Terjadi Lagi?
Rekurensi cacar api dapat terjadi meskipun sebelumnya sudah pernah mengalami cacar api. Studi menunjukkan:
- Risiko rekurensi 1,7–6,2% dalam 10 tahun.
- Lebih tinggi pada wanita, usia lanjut, dan pasien dengan gangguan imun.
- Tidak menular dari orang yang menderita cacar api ke orang lain dalam bentuk cacar api, tetapi bisa menularkan varisela ke individu non-imun.
Diagnosis Klinis dan Rekurensi Cacar Api
- Kriteria Diagnosis:
- Riwayat nyeri unilateralis diikuti ruam vesikular dalam satu dermatom.
- Distribusi khas: tidak melintasi garis tengah.
- Lokasi rekurensi bisa sama atau berbeda dari episode pertama.
- Pemeriksaan Penunjang (jika dibutuhkan):
- PCR VZV-DNA dari vesikel atau cairan lesi (gold standard).
- Serologi IgG/IgM kurang sensitif untuk kasus reaktivasi.
- Biopsi lesi untuk diagnosis diferensial dengan dermatitis kontak, herpes simpleks, atau vaskulitis.
Komplikasi yang Mungkin Timbul pada Rekurensi Cacar Api
- Postherpetic Neuralgia (PHN): bahkan lebih berisiko pada kasus rekurensi, terutama jika tatalaksana pertama tidak optimal.
- Zoster ophthalmicus atau zoster oticus (Ramsay Hunt Syndrome) dapat terjadi pada rekurensi.
- Diseminasi pada pasien dengan imunokompromais berat.
Tatalaksana Cacar Api Rekuren
1. Terapi Antivirus (dalam 72 jam sejak ruam muncul)
- Sama seperti episode primer: Acyclovir, Valacyclovir, atau Famciclovir
- Pada kasus berat atau rekuren disertai imunodefisiensi, dapat dipertimbangkan IV acyclovir.
2. Manajemen Nyeri dan Pencegahan Post Herpetic Neuralgia
- Penggunaan gabapentin/pregabalin, TCA, topikal lidokain, sesuai protokol nyeri neuropatik.
- Manajemen nyeri agresif penting untuk mengurangi risiko PHN rekuren.
Strategi Pencegahan Rekurensi : Kenali Cacar Api dan Vaksinasi
Indikasi Utama Vaksinasi:
- Individu ≥50 tahun (dengan atau tanpa riwayat herpes zoster)
- Pasien dengan penyakit kronik/imunokompromais (dengan pertimbangan jenis vaksin)
- Dapat diberikan meskipun pasien sudah pernah mengalami herpes zoster sebelumnya
Kesimpulan Klinis
Rekurensi cacar api merupakan fenomena nyata yang melibatkan interaksi kompleks antara virus dan sistem imun inangnya. Identifikasi faktor risiko dan pemantauan ketat terhadap kelompok rentan menjadi penting dalam upaya pencegahan jangka panjang.
Kombinasi terapi antivirus dini, manajemen nyeri optimal, dan vaksinasi rekombinan menjadi pilar utama dalam mengurangi angka kejadian, durasi penyakit, dan komplikasi jangka panjang seperti PHN.
Tenaga medis berperan krusial dalam deteksi awal kenali cacar api, edukasi pasien, serta penegakan protokol pencegahan pada populasi berisiko tinggi.
Referensi
- Yawn BP, et al. Epidemiology of herpes zoster recurrence in a population-based cohort. Mayo Clin Proc. 2011;86(2):88–93.
- Gagliardi AMZ, et al. Vaccines for preventing herpes zoster in older adults. Cochrane Database Syst Rev. 2019.
- Dworkin RH, et al. Management of Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia. Clin Infect Dis. 2007;44(Suppl 1):S1–S26.
- Cunningham AL, et al. N Engl J Med. 2016;375(11):1019–32.
- IDAI & PAPDI. Pedoman Vaksinasi Dewasa dan Lansia. 2025.
- Indonesian Dermatology Association. Clinical Guideline for Herpes Zoster, 2023.
Tentang Docquity
Docquity adalah komunitas dokter Terpercaya di Asia. Melalui jaringan pembelajaran berkelanjutan berbasis AI yang aman dan terjaga privasi, Docquity menyajikan pengetahuan real-time dari ribuan dokter terverifikasi di seluruh dunia. Saat ini, Docquity memiliki lebih dari 400.000 dokter yang tersebar di enam negara di Asia.
Temukan para ahli dan rekan terpercaya se-Asia di mana Anda dapat mendiskusikan kasus klinis dengan aman, mendapatkan wawasan terbaru dari webinar dan jurnal penelitian, serta mendapatkan kredit CME/CPD melalui kursus bersertifikat dari Docquity Academy. Akses semuanya melalui kemudahan aplikasi mobile yang tersedia di platform Android & iOS!