Manifestasi Klinik dan Komplikasi Cacar Api:  Panduan Praktis untuk Dokter Lini Pertama

Herpes zoster (HZ), dikenal masyarakat sebagai “cacar api”, merupakan kondisi klinis yang timbul akibat reaktivasi Varicella-Zoster Virus (VZV), virus yang sama yang menyebabkan cacar air (varisela) pada infeksi primer. Setelah infeksi primer sembuh, virus ini menetap dalam keadaan laten di ganglia sensorik dorsal dan dapat aktif kembali seiring dengan penurunan imunitas seluler. 

Kenali cacar api karena sering kali disalahpahami sebagai kondisi kulit ringan, padahal komplikasinya—terutama pada kelompok usia lanjut dan pasien imunokompromais—dapat menimbulkan morbiditas jangka panjang. Oleh karena itu, dokter lini pertama perlu kenali cacar api karena memiliki kemampuan klinis yang baik dalam mengenali manifestasi awal dan menangani komplikasi cacar api secara tepat. 

Setelah infeksi primer varisela, VZV bermigrasi melalui saraf sensorik dan menetap di ganglia dorsal. Aktivasi ulang terjadi ketika imunitas seluler, khususnya sel T CD4+ dan CD8+ spesifik terhadap VZV, mengalami penurunan. Reaktivasi ini menyebabkan peradangan dan nekrosis saraf yang mengarah pada nyeri neuropatik, diikuti erupsi vesikular pada kulit sesuai dermatom terkait. 

Manifestasi Klinis Kenali Cacar Api 

1. Gejala Prodromal 

  • Muncul 1–5 hari sebelum ruam. 
  • Nyeri terbakar, kesemutan, atau gatal lokal di dermatom terkait. 
  • Gejala sistemik ringan: demam, malaise, nyeri kepala. 

2. Fase Erupsi 

  • Erupsi vesikular pada satu sisi tubuh, sesuai distribusi dermatom. 
  • Tidak melewati garis tengah (pathognomonic). 
  • Lesi berkembang dari makula → papula → vesikel → pustula → krusta dalam 7–10 hari. 

3. Lokasi Paling Umum 

  • Thorakal (T3–L3) : terjadi pada 50% kasus. 
  • Trigeminal (V1) : terjadi khususnya zoster oftalmikus. 
  • Lumbosakral : kondisi ini bisa menyebabkan retensi urin. 

4. Tanda Klinis Tambahan 

  • Nyeri neuropatik hebat (kadang mendahului ruam). 
  • Allodynia atau hiperalgesia. 
  • Lesi multipel pada pasien imunokompromais. 

Diagnosis Klinis Kenali Cacar Api  

Diagnosis cacar api umumnya berbasis klinis, namun dapat dikonfirmasi dengan: 

  • PCR VZV-DNA dari cairan vesikel (gold standard). 
  • Tzanck smear: menunjukkan multinukleasi (tidak spesifik). 
  • Serologi IgG/IgM: tidak sensitif untuk reaktivasi. 
  • Biopsi kulit: pada kasus atipikal atau untuk membedakan dari HSV, impetigo, atau dermatitis kontak. 

Komplikasi Cacar Api 

1. Neuralgia Pasca-Herpes (Postherpetic Neuralgia/PHN) 

  • Nyeri neuropatik yang menetap ≥90 hari pasca ruam sembuh. 
  • Insidensi meningkat pada usia >60 tahun. 
  • Faktor risiko: nyeri berat saat awal, lokasi pada wajah atau batang tubuh, keterlambatan terapi antiviral. 

2. Zoster Oftalmikus 

  • Keterlibatan nervus trigeminus cabang V1. 
  • Gejala: nyeri okular, fotofobia, penurunan visus. 
  • Risiko: keratitis, uveitis, dan kehilangan penglihatan permanen. 

3. Zoster Otikus (Ramsay Hunt Syndrome) 

  • Keterlibatan ganglion geniculate nervus fasialis. 
  • Gejala: paralisis fasial perifer, vesikel di liang telinga, tinnitus, vertigo. 

4. Infeksi Sekunder dan Diseminasi 

  • Bakteri sekunder (S. aureus, S. pyogenes) → impetiginisasi. 
  • Diseminasi ke organ dalam (paru, hati, otak) pada pasien imunokompromais. 

5. Komplikasi Neurologis 

  • Ensefalitis, mielitis transversa, stroke iskemik (zoster vasculopathy). 
  • Risiko lebih tinggi pada usia tua dan defisiensi imun. 

Tatalaksana Klinis Cacar Api di Lini Pertama 

1. Terapi Antiviral 

Ideal dimulai ≤72 jam sejak munculnya ruam. 

Pilihan: 

  • Acyclovir 800 mg 5x/hari selama 7 hari. 
  • Valacyclovir 1 g 3x/hari selama 7 hari. 
  • Famciclovir 500 mg 3x/hari selama 7 hari. 

Catatan: Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan gangguan ginjal. 

2. Manajemen Nyeri 

  • NSAID/paracetamol untuk nyeri ringan. 
  • Gabapentin/pregabalin, TCA (amitriptilin) untuk nyeri neuropatik. 
  • Topikal lidokain patch: efektif untuk allodynia. 

3. Pencegahan Infeksi Sekunder 

  • Jaga kebersihan lesi, hindari pecahnya vesikel. 
  • Antibiotik topikal bila ada impetiginisasi. 

4. Edukasi dan Isolasi 

  • Hindari kontak dengan individu non-imun (bayi, ibu hamil, pasien imunokompromais). 
  • Lesi dianggap menular hingga semua vesikel menjadi krusta. 

Pencegahan Kenali Cacar Api: Peran Vaksinasi 

Indikasi Vaksinasi 

  • Usia ≥50 tahun. 
  • Pasien dengan penyakit kronik atau risiko imunodefisiensi. 
  • Dapat diberikan meskipun pasien sudah pernah mengalami herpes zoster. 

Kesimpulan Klinis 

Cacar api bukan hanya penyakit kulit biasa, tetapi kondisi sistemik yang dapat menimbulkan komplikasi berat, terutama pada populasi rentan. Dokter lini pertama berperan penting dalam kenali cacar api dengan cara sebagai berikut : 

  • Deteksi dini berdasarkan gejala klinis khas. 
  • Pemberian terapi antivirus tepat waktu. 
  • Manajemen nyeri neuropatik dan pencegahan Postherpetic Neuralgia
  • Edukasi pasien dan pertimbangan vaksinasi.  

Pendekatan komprehensif dalam kenali cacar api yang melibatkan deteksi dini, terapi tepat, dan pencegahan primer melalui vaksinasi sangat penting untuk mengurangi beban klinis dan meningkatkan kualitas hidup pasien.  

Referensi

  1. Dworkin RH, et al. Clinical Infectious Diseases. 2007;44(Suppl 1):S1–S26. 
  1. Johnson RW, Rice AS. Herpes zoster postherpetic neuralgia: pathophysiology and management. BMJ. 2014;348:g3315. 
  1. Yawn BP, Gilden D. Herpes zoster: A common disease causing serious complications. J Am Acad Dermatol. 2013;69(1):S2–S7. 
  1. Indonesian Dermatology Association. Panduan Klinis Herpes Zoster. Edisi 2023. 


Tentang Docquity

Docquity adalah komunitas dokter Terpercaya di Asia. Melalui jaringan pembelajaran berkelanjutan berbasis AI yang aman dan terjaga privasi, Docquity menyajikan pengetahuan real-time dari ribuan dokter terverifikasi di seluruh dunia. Saat ini, Docquity memiliki lebih dari 400.000 dokter yang tersebar di enam negara di Asia.

Temukan para ahli dan rekan terpercaya se-Asia di mana Anda dapat mendiskusikan kasus klinis dengan aman, mendapatkan wawasan terbaru dari webinar dan jurnal penelitian, serta mendapatkan kredit CME/CPD melalui kursus bersertifikat dari Docquity Academy. Akses semuanya melalui kemudahan aplikasi mobile yang tersedia di platform Android & iOS!

Share it with
Email
Facebook
LinkedIn
Twitter
WhatsApp

Similar Articles

Data Privacy Notice

This Privacy Notice shall be read in conjunction with the Privacy Policy to the extent this Notice does not mention or specify the particulars that should have been mentioned or specified relating to the Notice in pursuance of the provisions of the Data Protection Laws as applicable.

On having accessed or visited this Platform you the Noticee hereby voluntarily consent to and take notice of the fact that the personal data, by which or in relation whereto you the concerned Noticee is identifiable, shall be retained, stored, used, and may be processed by the Company for the purpose and in the manner, though legal, found suitable to it for commercial and/or some other reasons. The detailed specificity whereof may be found in the Privacy Policy. The consent provided herein may be withdrawn anytime by you, the Noticee, at its own volition by removing your profile or by writing to us at support@docquity.com.

As a Noticee, you shall have the right to grievance redressal, in relation to your consent or our use of your personal data, which you may address by writing to us at dpo@docquity.com. Should you, the Noticee, thereafter remain unsatisfied or dissatisfied with the resolution provided by us, you, the Noticee, may approach the concerned regulatory authority for the redressal of your grievance.