Herpes zoster (HZ), atau cacar api, merupakan manifestasi klinis dari reaktivasi Varicella-Zoster Virus (VZV) yang sebelumnya menyebabkan varisela (cacar air). Meskipun sering dianggap sebagai penyakit kulit biasa, Cacar api memiliki potensi menimbulkan komplikasi neurologis jangka panjang, terutama pada usia lanjut dan pasien imunokompromais.
Dokter umum dan tenaga medis lini pertama memiliki peran krusial dalam kenali cacar api, menangani, dan mencegah HZ. Pendekatan terpadu yang mencakup aspek diagnosis, tata laksana, serta pencegahan melalui edukasi dan vaksinasi sangat penting untuk mengurangi morbiditas.
Patofisiologi Singkat
Setelah infeksi primer varisela, virus cacar api menetap secara laten di ganglia sensorik dorsal. Reaktivasi dapat terjadi akibat penurunan imunitas seluler, khususnya penurunan fungsi limfosit T CD4+ dan CD8+ spesifik terhadap virus cacar api, yang memicu inflamasi saraf dan erupsi vesikular di dermatom terkait.
Diagnosis Cacar Api
A. Diagnosis Klinis
Diagnosis cacar api umumnya bersifat klinis dan cukup khas:
· Gejala prodromal: nyeri terbakar, kesemutan, atau gatal lokal 1–5 hari sebelum ruam muncul.
· Lesi vesikular: terbatas pada satu dermatom, unilateral, tidak melewati garis tengah.
· Nyeri neuropatik: intensitas sedang hingga berat, bisa mendahului erupsi.
B. Diagnosis Penunjang
Diperlukan bila diagnosis tidak jelas atau pasien imunokompromais:
· PCR VZV-DNA dari lesi (gold standard).
· Tzanck smear: menunjukkan sel multinukleus, tidak spesifik.
· Serologi IgG/IgM: kurang sensitif untuk reaktivasi.
· Biopsi kulit: untuk diagnosis banding dengan herpes simpleks, dermatitis kontak, atau vaskulitis.
Tatalaksana Terpadu Cacar Api
A. Terapi Antiviral
Efektif bila diberikan dalam ≤72 jam sejak ruam muncul:
· Acyclovir 800 mg 5x/hari selama 7 hari.
· Valacyclovir 1 g 3x/hari selama 7 hari.
· Famciclovir 500 mg 3x/hari selama 7 hari.
Catatan: Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
B. Manajemen Nyeri
· NSAID/paracetamol: nyeri ringan.
· Gabapentin/pregabalin: nyeri neuropatik sedang-berat.
· Tricylic Antidepresant (amitriptilin): alternatif lini kedua.
· Topikal lidokain patch: untuk allodynia lokal.
C. Pencegahan Infeksi Sekunder
· Jaga kebersihan lesi.
· Berikan antibiotik topikal jika ada tanda impetiginisasi.
D. Penanganan Komplikasi
1. PHN (Postherpetic Neuralgia): nyeri persisten ≥90 hari. Cegah dengan terapi antivirus dini dan manajemen nyeri agresif.
2. Zoster oftalmikus: rujuk ke oftalmolog bila terdapat lesi di area V1 nervus trigeminus.
3. Diseminasi: rawat inap dan terapi intravena pada pasien imunokompromais dengan lesi menyebar.
Pencegahan dan Vaksinasi Cacar Api
a) Indikasi Vaksinasi
· Dewasa usia ≥50 tahun, meskipun pernah menderita HZ.
· Pasien dengan penyakit kronik: DM, kanker, CKD, HIV.
· Individu imunokompromais, sesuai jenis vaksin.
b) Jenis Vaksin
· Live-attenuated zoster vaccine : efektivitas terbatas pada usia lanjut.
· Recombinant zoster vaccine : efektivitas tinggi (>90%), tidak mengandung virus hidup, aman untuk imunokompromais.
Edukasi Pasien dan Peran Dokter Lini Pertama
· Edukasi kenali cacar api dari gejala awal penting agar pasien datang lebih awal untuk terapi.
· Pahami risiko kenali cacar api pada kelompok rentan: lansia, penderita kanker, transplantasi, HIV.
· Kampanye vaksinasi aktif: terutama di puskesmas, fasilitas primer, dan klinik geriatri.
Ringkasan Klinis Kenali Cacar Api untuk Praktik
Ringkasan Klinis Kenali Cacar Api untuk Praktik
Aspek | Penjelasan Singkat |
Diagnosis | Klinis, vesikel dermatomal unilateral. |
Tatalaksana utama | Antivirus ≤72 jam, manajemen nyeri, edukasi. |
Komplikasi utama | PHN, oftalmikus, Ramsay Hunt, diseminasi |
Vaksinasi | rekomendasi utama usia ≥50 tahun |
Peran dokter | Deteksi dini, terapi cepat, edukasi pasien. |
Kesimpulan
Pendekatan terpadu dalam kenali cacar api dan penanganannya melibatkan kombinasi antara diagnosis cepat, terapi antivirus tepat waktu, manajemen nyeri komprehensif, dan pencegahan melalui vaksinasi.
Dokter lini pertama memegang peran sentral dalam kenali cacar api untuk menekan angka komplikasi serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cacar api, terutama dalam konteks populasi usia lanjut dan imunokompromais.
Melalui edukasi berkelanjutan kenali cacar api dan pemberdayaan sistem layanan primer, beban klinis akibat cacar api dapat ditekan secara signifikan.
Referensi
1. Dworkin RH, et al. Management of Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia. Clin Infect Dis. 2007;44(Suppl 1):S1–S26.
2. Johnson RW, Rice AS. Herpes zoster postherpetic neuralgia: pathophysiology and management. BMJ. 2014;348:g3315.
3. Cunningham AL, et al. N Engl J Med. 2016;375(11):1019–1032.
4. Indonesian Dermatology Association. Panduan Klinis Herpes Zoster. Edisi 2023
Tentang Docquity
Docquity adalah komunitas dokter Terpercaya di Asia. Melalui jaringan pembelajaran berkelanjutan berbasis AI yang aman dan terjaga privasi, Docquity menyajikan pengetahuan real-time dari ribuan dokter terverifikasi di seluruh dunia. Saat ini, Docquity memiliki lebih dari 400.000 dokter yang tersebar di enam negara di Asia.
Temukan para ahli dan rekan terpercaya se-Asia di mana Anda dapat mendiskusikan kasus klinis dengan aman, mendapatkan wawasan terbaru dari webinar dan jurnal penelitian, serta mendapatkan kredit CME/CPD melalui kursus bersertifikat dari Docquity Academy. Akses semuanya melalui kemudahan aplikasi mobile yang tersedia di platform Android & iOS!