Dalam sebuah penelitian terbaru, para ilmuwan di University of Western Ontario telah menemukan pengaruh substansial dari hormon seks wanita terhadap presentasi penyakit Alzheimer di otak. Penelitian ini telah diterbitkan dalam Journal Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association. Artikel ini mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara hormon seks dan perkembangan penyakit Alzheimer di dalam otak.
Ringkasan:
- · Sekitar 32 juta orang di dunia terserang penyakit Alzheimer.
- · Sekitar dua pertiga dari semua kasus Alzheimer ditemukan pada wanita.
- · Para ilmuwan di University of Western Ontario telah menemukan bahwa hormon seks wanita memainkan peran penting dalam bagaimana penyakit Alzheimer muncul di otak.
Pendahuluan
Penyakit Alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif yang kompleks dan menghancurkan yang berdampak pada jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun Alzheimer terutama memengaruhi memori dan fungsi kognitif, semakin disadari bahwa terdapat perbedaan gender dalam prevalensi dan perkembangan penyakit ini. Hal ini mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi peran hormon seks, seperti estrogen dan testosteron, dalam penyakit Alzheimer.
Meskipun para peneliti telah mengajukan beberapa teori mengenai kemungkinan penyakit Alzheimer yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria, penyebab biologis yang mendasar masih sulit dipahami.
Mengapa perempuan memiliki kerentanan yang lebih besar untuk terkena penyakit Alzheimer?
Beberapa faktor berkontribusi terhadap fenomena ini:
1.Umur panjang: Salah satu faktor utama adalah perbedaan umur. Wanita biasanya hidup lebih lama daripada pria. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, wanita cenderung hidup lebih lama daripada pria hingga 5,2 tahun, dan selisihnya 3,8 tahun di negara-negara berpenghasilan rendah.
2.Genetik: Penelitian terbaru yang dilakukan pada bulan Oktober 2022 mengidentifikasi gen spesifik pada kromosom X, yang meningkatkan akumulasi protein Tau di otak. Karena wanita memiliki dua kromosom X, mereka mungkin lebih cenderung memiliki tingkat protein Tau yang lebih tinggi di otak. Akumulasi protein Tau dianggap sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap penyakit Alzheimer.
3.Pengaruh Hormonal: Hormon juga berperan dalam perbedaan kerentanan wanita terhadap penyakit Alzheimer. Sebuah penelitian pada tikus yang diterbitkan pada Maret 2022 mengungkapkan hubungan antara kadar follicle-stimulating hormone (FSH), yang meningkat selama masa perimenopause, dan risiko Alzheimer.
4.Gejala Menopause: Penelitian pada tahun 2023 menemukan bahwa wanita menopause yang sering mengalami hot flashes saat tidur memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer.
Berbagai faktor ini secara kolektif berkontribusi pada peningkatan kemungkinan penyakit Alzheimer pada wanita dibandingkan pria.
Memahami Pengaruh Hormon Seks Wanita terhadap Perkembangan Alzheimer
Dr. Vania Prado, seorang profesor di Departemen Fisiologi, Farmakologi, Anatomi, dan Biologi Sel di Schulich School of Medicine & Dentistry dan seorang peneliti di Robarts Research Institute di University of Western Ontario, berperan sebagai penulis senior dari penelitian ini.
Keputusan untuk menyelidiki dampak potensial dari hormon seks wanita terhadap perkembangan penyakit Alzheimer dimotivasi oleh perubahan kimiawi di dalam otak yang dapat memengaruhi dan berkontribusi pada patologi amiloid, karakteristik utama penyakit Alzheimer.
Dr. Prado menjelaskan, “Salah satu faktor penting dalam mengatur patologi awal adalah aksi sel-sel otak yang melepaskan asetilkolin. Bukti kuat menunjukkan bahwa sel-sel otak ini dapat berfungsi secara berbeda dan responsif terhadap hormon seks, termasuk estradiol. Kami menyadari hal ini sejak awal.”
Setelah memeriksa hubungan antara asetilkolin dan patologi Alzheimer, penelitian ini menunjukkan respons yang kontras pada tikus jantan dan betina. Namun demikian, pria dan wanita yang terkena Alzheimer menunjukkan pola yang sama. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa ada perbedaan antara tikus dan manusia. Hormon seks, yang mungkin disebabkan oleh usia tikus yang biasanya digunakan dalam penelitian, muncul sebagai tersangka utama.
Mungkinkah Estradiol Mempengaruhi Akumulasi Amiloid Berbahaya di Otak?
Dalam penyelidikan ini, Dr. Prado dan tim peneliti memusatkan perhatian mereka pada estradiol, hormon seks wanita yang sangat penting untuk menjaga sistem reproduksi pada wanita dan memainkan peran penting dalam pematangan dan pelepasan sel telur selama siklus menstruasi.
Penelitian ini menyatakan bahwa neuron kolinergik yang bertanggung jawab untuk memproduksi asetilkolin, sebuah elemen penting untuk memori normal dan fungsi kognitif, rentan terhadap kerusakan otak yang disebabkan oleh akumulasi beta-amiloid, sebuah fenomena yang terkait dengan penyakit Alzheimer.
Melalui serangkaian tes dan analisis gambar yang dilakukan pada model tikus yang terdiri dari tikus jantan dan betina serta dengan mengamati pemindaian otak manusia yang lebih tua, para peneliti mengamati bahwa estradiol mengganggu korelasi antara asetilkolin dan amiloid toksik. Namun, dengan tidak adanya hormon seks, hubungan ini terbentuk kembali, yang berpotensi menyebabkan eskalasi patologi Alzheimer. Temuan ini sangat penting karena kadar estradiol biasanya menurun pada wanita pascamenopause.
Pada akhirnya, Dr. Prado menyimpulkan, “Kami cukup terkejut dengan mengamati reaksi kontras pada tikus betina, yang berbeda dengan tikus jantan dan manusia, terlepas dari jenis kelaminnya. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh hormon wanita, yang mungkin berkurang pada wanita dengan Alzheimer.”
Menelusuri Faktor Spesifik Jenis Kelamin pada Penyakit AlzheimerDr. Verna Porter, seorang ahli saraf terkemuka dan direktur Demensia, Penyakit Alzheimer, dan Gangguan Neurokognitif di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, CA, berbagi pemikirannya tentang penelitian ini.
Sebagai seorang dokter yang merawat pasien wanita yang menghadapi risiko tinggi penyakit Alzheimer, ia menyatakan ketertarikannya yang mendalam pada penelitian ini.
“Hasil penelitian ini memberikan wawasan yang tak ternilai mengenai faktor spesifik jenis kelamin, khususnya pengaruh estradiol dan sinyal kolinergik pada penyakit Alzheimer. Memahami elemen-elemen ini secara signifikan dapat membentuk pendekatan saya dalam mengevaluasi risiko dan melakukan diskusi dengan pasien wanita, terutama yang berada dalam kelompok usia perimenopause. Dalam dialog di masa depan dengan pasien wanita saya, saya berencana untuk menggabungkan temuan ini untuk memberikan pendekatan yang lebih personal dan informatif dalam menilai dan mengelola risiko Alzheimer.”
Dr. Porter mengatakan bahwa temuan ini juga dapat mengarah pada kebutuhan untuk menekankan pentingnya mempertimbangkan status hormonal pasien, termasuk tahap menopause dan peran estradiol, ketika menilai risiko Alzheimer mereka.
“Hal ini akan sangat relevan untuk wanita perimenopause, karena penelitian ini menunjukkan bahwa estradiol dapat memengaruhi hubungan antara pensinyalan kolinergik dan patologi amiloid,” tambahnya.
“Bagi mereka yang berada dalam rentang usia perimenopause, kita harus terus mendorong pentingnya memantau kesehatan kognitif dan mempertimbangkan modifikasi gaya hidup, seperti menjaga stimulasi kognitif dan pola makan yang sehat, yang telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer,” ujar Dr.”
Referensi
1. Sex hormones may play a key role in how Alzheimer’s disease develops in the brain. [Accessed October 20, 2023]. Available at: https://www.medicalnewstoday.com/articles/alzheimers-disease-linked-to-female-sex-hormones-study